Sepatu Dahlan

Dahlan merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Dua kakak perempuannya bersekolah di perguruan tinggi dan adiknya, Zain, masih sekolah di Sekolah Rakyat (SD pada zaman itu). Ayah Dahlan bekerja serabutan, sedangkan Ibunya pembuat batik. Mereka tinggal di kampung Kebon Dalem, Magetan.
Dahlan kecil ingin sekali memiliki sepatu dan sepeda untuk sekolah. Keinginan inilah yang membawa Dahlan ke dalam petualangan hidup yang penuh warna.Saat lulus dari Sekolah Rakyat, dengan 3 nilai merah yang menghiasi rapotntya, Dahlan merasa gagal, tidak bisa membuat orang tuanya bangga. Bahkan ayahnya terlihat sangat kecewa. Pupus sudah cita-cita Dahlan untuk melanjutkan sekolah ke SMP Magetan. “..Tapi dimanapun sekolahnya, yang penting adalah niat belajarnya..”
nasehat ibu Dahlan yang membesarkan hatinya. Pada saat akan memasuki area "Pesantren Takeran", bapaknya membacakan slogan yang terpampang di depan pesantren tersebut. Slogan tersebut berbunyi "Sugih tanpo iman atau mlarat ananing iman?" artinya "Kaya tidak beriman atau miskin tapi beriman?". Pertanyaan itu dilontarkan kepada Dahlan. Dahlan menjawab "Sugih ananing iman" artinya "Kaya tapi beriman". Mendengar jawaban itu, bapaknya kaget. Kok bisa jawabannya seperti itu? Padahal tidak ada pilihan itu. Nah disini disuguhkan bahwa Dahlan kecil mempunyai daya intelegensi yang bagus.

Disini juga dicerikan tentang perjuangan ibunya untuk membelikan sepatu untuk Dahlan. Ibunya berjanji akan ngebut pesanan agar secepatnya bisa membelikan sepatu. Tapi takdir berkata lain, ibunya Dahlan sakit  dan dilarikan ke rumah sakit yang berada di Madiun. Nah mulai saat itulah kegigihan Dahaln diuji. Dia ditinggal bapaknya ke Madiun mengantar ibunya di rumah sakit tanpa diberi uang oleh bapaknya. Mungkin bapaknya pada saat itu panik sehingga tidak memberikan uang. Nah disinilah pelajaran tentang "menjunjung tinggi martabat". Dahlan tidak meminta-minta kepada siapapun untuk memberikan sesuap nasi kepada adiknya. Setelah beberapa hari kakaknya yang di Madiun pulang membantu Dahlan mengurus adiknya. Pada malam hari kemudian terdengar gerobak datang, Dahlan mengira ibunya datang. Ternyata benar ibunya datang tapi sudah tidak bernyawa.

Suatau hari Dahlan berangkat sekolah bersama Maryati yang menaiki sepedanya. Maryati memaksa Dahlan untuk belajar naik sepeda pagi itu. Dahlan dan sepedanya  jatuh ke selokan.Dengan pakaian basah kuyub Dahlan terpaksa pulang kembali ke rumahnya. Tidak disangka, Ibu Dahlan meninggal. Sepeda Maryati yang rusak diganti kambing milik Dahlan.

Dahlan aktif dalam organisasi dan kegiatan sekolah ketika duduk di SMP. Dahlan terpilih sebagai tim inti bola voli. Suatu hari Dahlan dan tim bola volinya akan mengikuti perlombaan bola voli tingkat Kabupaten Magetan. 

Waduh banyak cerita nih... mending nonton videonya lagsung saja ya?
Saya browsing tentang film Sepatu Dahlan masih belum ketemu. Bahkan ada yang menginformasikan bahwa film itu sekarang sudah tidak tayang di bioskop-bioskop dengan alasan mengandung nuansa politis. 
Ada yang sudah mengupload videonya di youtube tapi pada Part 1 di menit ke 25:37 video diulangi dan suaranya tidak ada. Videonya direkam si stasiun TV swasta.

Disini saya share linknya. Silakan didownload filmnya.
Video ini sama, direkam dari stasiun TV swasta jg. tapi lebih lengkap dan kualitas gambar lebih bagus.
Serba-serbi-oke.blogspot.com tidak punya tendensi politis dalam menshare video ini.
Terima Kasih.

Sepatu Dahlan.

Harap maklum, banwidth kecil.
Jika ada masalah tentang postingan kami, silakan kirim pesan ke serba-serbi-oke


0 komentar:

Posting Komentar

Pencarian

Populer post